BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin
pesat,maka akan dituntut sumber daya manusia yang berkompeten dan memiliki
keterampilan khusus dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan . Untuk itu sangant
dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas .Dalam menciptakan pendidikan yang
berkualitas diperlukan sekali perbaikan proses pembelajaran pada setiap bidang
studi.
Matematika
adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidikan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
terjadi tidak terlepas dari ilmu matematika, oleh karena itu hendaknya
pembelajaran matematika dapat menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Pendidikan menjadikan manusia memiliki derajat yang
tinggi. Sebagaimana janji Allah SWT yang akan meninggikan beberapa derajat
kedudukan orang yang berilmu. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Mujadilah
ayat 11 yang berbunyi:
... Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya : “… dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan[1].
Jadi sebagai mukmin kita diwajibkan menuntut ilmu
termasuk Matematika. Matematika merupakan bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA) bahkan di Perguruan Tinggi. Pengajaran matematika di SD
hingga SMA adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
secara tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum memberikan tuntutan pembeljaran
yang berorientasi kepada proses bukan terhadap hasil saja. Berarti siswa
dituntut untuk aktif mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seperti mengamati
,menginterprestasikan,mengaplikasikan konsep dan mengkomunikasikan hasil yang
diperoleh agar perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Kedudukan guru dalam pengertian ini
bukan hanya sebagai pengusaha tunggal dalam kelas atau sekolah,tetapi dianggap sebagai
manager of learning (pengelola
belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam
proses pembelajaran.
Tetapi kenyataannya aktivitas siswa dalam
pelajaran matematika pada kurikulum KTSP masih jauh dari yang diharapkan.Berdasaekan wawancara peneliti dengan guru bidang studi
matematika kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA tentang aktivitas belajar siswa ,bahwa
selama proses pembelajaran berlangsung terlihat kurangnya kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran, sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru
sedang menerangkan pelajaran, siswa kurang menyenangi cara penyampaian materi
pelajaran , sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru sedang
menerangkan pelajaran, siswa kurang menyenangi cara penyampaian materi
pelajaran matematika,kurangnya memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendri, sehingga ketika guru memberikan latihan sebagian besar mereka tidak
bisa menyelesaikan soal dengan benar.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan siswa adalah dengan mengunakan metode pembelajaran diskusi
kelompok ,diantaranya metode Genius
Learning. Dalam menerapkan metode Genius
learning ini anak didik ditempatkan sebagai pusat dari
proses pembelajaran,anak didik tidak menjadi obyek pendidikan melainkan sebagai
subyek pendidikan.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Genius Learning
Strategy Dengan Pembelajaran Konvensional Di Kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasaekan
latar belakang di atas , peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran
2. Siswa kurang menyenangi cara penyampaian
materi pelajaran matematika
3.
Sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru sedang
menerangkan pelajaran
4. Kurangnya memiliki kemampuan untuk merumuskan
gagasan sendiri
5. Pembelajaran yang lebih didomisili oleh guru
.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki
dan agar terpusatnya pembahasan dalam penelitian ini maka dari latar belakang
masalah tersebut , penulis membatasi masalaha yang akan diteliti yaitu :
1.
Penelitian ini pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 terhadap siswa kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA.
2.
Hasil belajar berupa bilangan yang diperoleh melalui ters akhir dan LKS.
3.
Materi yang diberikan selama penelitian adalah okok bahasan Turunan Fungsi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas , maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa dengan
mengguankan strategi Genius Learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa
dengan metode konvensional pada siswa
kelas VII MTsN IV Angkat Canduang?”.
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas,tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan hasil belajar
matematika siswa menggunakan strategi Genius Learning dengan pembelajaran biasa
di kelas VII MTsN IV Angkat Candung.
F. Definisi
Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami proposal
penelitian ini maka peneliti
akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika menurut Nikson Marpaung dan
Mulyadi adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau
prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi
sebagai konsep dan prinsip itu dibentuk kembali.
2. Model
Pembelajaran Genius Learning
Strategi Genius Learning adalah
suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya peningkatan hasil proses pembelajaran
dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti pengetahuan
tentang cara kerja memori, kerja otak, kepribadian, emosi, gaya belajar,
multiple intelegensi dan pengetahuan lain sebagainya yang bisa membantu efektifitas
proses belajar mengajar.
3. Model Pembelajaran konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu
memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas.
4. Hasil
belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, menguasai materi yang
diajarkan. Hasil dari belajar metematika itu dapat di tentukan dari evaluasi
dari suatu pelajaran baik dengan diadakanya ujian harian, ujian tengah smester
maupun ujian akhir semester, berhasil atau tidaknya guru mengajar di lihat dari
hasil belajar yang diperoleh oleh siswanya dan berhsil atau tidaknya siswa
dalam belajar dilihat dari hasil belajar selama pembelajaran berlangsung.[2]
G.
Kegunaan Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.
Bagi Guru
a. Dapat
memberikan alternatif pemecahan masalah dalam menemukan model pembelajaran
matematika.
b. Memberikan
informasi bagi guru matematika khususnya guru MTsN mengenai Strategi Genius
Learning
2.
Bagi Peneliti
a.
Pedoman bagi peneliti sebagai calon guru agar nantinya dapat menerapkan strategi Genius Learning dalam
pembelajaran matematika nantinya
b. Melatih peneliti agar terampil dalam membuat
karya ilmiah.
c. Melatih
peneliti berfikir kritis, kreatif dan inofatif dalam menye lesaikan masalah yang dihadapi khususnya
yang berhubungan matematika.
d. Peneliti dapat merancang suatu metode
pembelajaran yang dapat
membawa pengaruh positif terhadap
pembelajaran matematika.
3.
Bagi Lembaga
a. Diharapkan
dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah.
b. Meningkatkan
perhatian dan dukungan dari kepala sekolah kepada guru dan siswa kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.
KAJIAN TEORI
1. Belajar
dan Pembelajaran Matematika
Belajar adalah proses perubahan sebagai akibat
terjadinya interaksi si pelajar dengan lingkungan.
Pada Teori Medan (Field Theory) dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan struktur
kognitif (pengetahuan).Orang belajar akan bertambah pengetahuannya, yang
berarti tahu lebih banyak daripada sebelum belajar.Tahu lebih banyak berarti
ruang lingkupnya bertambah luas dan semakin terdiferensikan . Itu semua berrti
seseorang akan banyak memiliki fakta yang saling berhubungan. [3]
Belajar
menurut A. Tarbani dkk adalah suatu proses tingkah laku individu berinteraksi
dengan lingkungannya. Jadi belajar memerlukan usaha dari individu untuk aktif dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan perubahan
tingkah lakunya[4].
Berdasarkan kutipan diatas dapat dikatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dicapai seseorang dari
hasil interaksi dengan lingkungan dalam bentuk pengalaman. Jadi, bagi siswa belajar sebaik-baiknya
adalah siswa mengalami, sebab dengan mengalami itu individu dapat
mengkonstruksikan pengetahuannya.
Nikson Marpaung dan Mulyadi
menyatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep- konsep atau prinsip-
prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi sebagai
konsep dan prinsip itu dibentuk kembali. Jadi guru dituntut untuk memberi
dorongan kepada siswa dengan menfasilitasi siswa agar aktif mengkonstruksi
kompetensi matematika mereka. Guru juga dituntut untuk membantu peserta didik
untuk menjadi sadar terhadap bakat personal yang ada dalam dirinya dan untuk
mengembangkan serta merealisasikanya agar mencakup berbagai masalah[5].
Salah
satu ciri dari pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan
pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang popular dibicarakan
oleh pakar pendidikan . Karena proses pembelajaran adalah pembentukan diri siswa
untuk menuju pada pembangunan manusia seutuhnya, jadi tidak melalui “trial and
error”.Siswa adalah manusia yang sedang mengembangkan diri secara utuh dan
tidak boleh dianggap sebagai kelinci percobaan.[6]
Dalam
kaitanya dengan matematika Bruner berpendapat matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
akan dipelajari serta mencari hubunganya dalam matematika itu, dan ia mengemukakan
bahwa belajar matematika dapat berlangsung 4 tahap, yaitu:
1.
Teorema konstruksi (contruction teorema)
Bahan belajar
matematika yang terbaik bagi siswa yaitu dengan memulai belajar konsep dan
prinsip matematika dan mengkonstruksinya gagasan- gagasan yang dipelajari.
2.
Teorema Notasi
Bahwa notasi konstruksi
awal belajar dibuat lebih sederhana secara koknitif dan dapat dimengerti lebih
baik oleh siswa, hal ini dilakukan dengan pendekatan spiral.
3.
Teorema perbedaan dan vanasi
Bahwa belajar
matematika berlangsung dari kongkrit menuju abstrak harus disertai perbedaan
dan fariasi.
4.
Teorema kanektivitas
Bahwa belajar
matematika mengenai setiap suatu konsep, struktur dan keterampilan berhubungan
dengan suatu konsep, struktur dan keterampilan yang lain.
Jadi
dalam belajar matematika siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar
pelajaran itu mudah dipahami dan diterapkan baik untuk diri sendiri, lingkungan
dan negara dengan adanya bimbingan dari seorang guru agar siswa itu menyadari
kemampuan personal yang ada dalam dirinya.
Hal yang
perlu diperhatikan peserta didik yaitu adab belajar menurut ajaran islam,
merujuk pada Al-Quran dan sunnah yaitu:
1. Belajar
efektif
Belajar efektif adalah kegiatan belajar
yang diikuti oleh keimanan dan kecintaan kepada sang pencipta Alam Semesta.
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
2. Belajar
dengan cermat
Kecermatan dan ketelitian adalah bukti dari
keseriusan kita terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan.
3.
Sabar dalam menuntut ilmu
Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi:
$ygr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä
(#qãYÏètGó$# Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur
4
¨bÎ)
©!$#
yìtB
tûïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÎÌÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al
Baqarah: 153 )
Kesabaran
yang tinggi dan kasih saying dan tulus insya Allah akan membuat peserta didik
akan merasa betah duduk lama didalam kelas.
4. Belajar
dengan cara bertanya
Seorang guru hendaknya dapat merangsang
timbulnya pertanyaan dari peserta didik di dalam pembelajarannya, sehingga
pembelajaran yang berlangsung dapat bersifat aktif.
5. Restu
Orang tua
kecerdasan dapat dicapai dengan tekun
dan giat belajar dan berlatih, faktor kecerdasan yang pertama yaitu Allah,
karena dialah yang menggerakkan saraf-saraf diotak kita, Allahlah yang
menyimpan semua materi di alam raya untuk kita teliti, faktor kedua untuk
mencapai keutamaan kecerdasan adalah sejati adalah kesadaran bahwa orang tua
mempunyai persn besar dalam usaha dan proses pencapaian kecerdasan.
6.
Hormat kepada guru
Guru adalah orang tua anak didik disekolah.
fungsi-fungsi pendidikan menjadi tanggung jawab guru saat anak didik ada
disekolah. peserta didik yang berhasil menguasai ilmu, mengaplikasikan, dan
memiliki karakter karena ilmunya tentu saja tak lepas dari peran guru-guru yang
ada disekolah.
Jadi, pembelajaran matematika adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep/prinsip matematika
dengan kemampuan sendiri melalui proses pembelajaran. Guru dalam hal ini
berperan sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan agar siswa dalam
pembelajaran lebih bermakna.
2. Strategi
Genius Learning
Secara bahasa
Genius Learning berasal dari dua kata, Genius yang
berarti cerdas dan Learning
yang berarti pembelajaran.Jadi Genius
Learning adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan cerdas.[7]
Strategi Genius Learning merupakan suatu system yang
terancang dalam satu jalinan yang sangat
efesien yang meliputi diri anak didik, guru , proses
dan lingkungan pembelajaran.Menurut Gunawan,Genius
Learning adalah suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan
hasil proses pembelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam Genius
Learning membantu anak didik
untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan mereka sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing .
Penekanan pada pembelajaran ini
adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran menjadi efesien , efektif , dan menyenangkan serta hasil belajar sesuai
yang diinginkan.[8]
Dalam Genius
Learning kita menempatkan anak didik
sebagai pusat dan proses
pembelajaran , sebagai suyek pendidikan,buka obyek pendidikan . Maksudnya guru hanya sebagai perencana
pembelajaran dan siswa sendiri sebagai
pelaksana dari kegiatan belajar. Falam menerapkan metode Genius Learning ,
kita berangkat dari suatu keyakinan dan pengharapan bahwa apabila anak didik dapat dimotivaswi dengan
tepat dan diajar dengan cara yang
benar cara menghargai keunikan mereka (gaya belajar )maka mereka dapat mencapai
suatu hasi pembelajaran yang maksimal.
Gaya
belajar adalah hal yang paling disukai dalam kegiatan berpikir,memproses dan
mengerti suatu informasi. Walapun ada banyak pendekatan dalam hal gaya belajar.
Hal yang paling penting adalah bagaimana pengetahuan mengenai gaya belajar itu
dapat kita gunakan untuk membantu siswa memaksimalkan proses pembelajaran.
Gunawan mengemukakan bahwa :prosses belajar dalam Genius Learning sangat memperhatikana gaya belajar siswa pada
visual(penglihatan), auditori(pendengaran), dan kinestik (sentuhan dan gerakan)[9]
Agar
pembelajaran bisa berhasil dengan maksimal, maka guru sebagai suatu factor yang mempengaruhi proses
belajar siswa, harus benar-benar memperhatikan aspek perasaan atau emosi murid,
kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun spikis . Selanjutnya
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru harus meliputi tahap persiapan ,
perencanaan yang baik sehingga siswa mampu menggali dan mengerti kebutuhan yang
mereka butuhkan sehingga mereka menemukan arti belajar yang sesungguhnya dari
informasi yang diperoleh.
Presuposisi atau asumsi dasar yang kita pakai
dalammendefinisikan kecerdasan
dalam strategi Genius Learning adalah sebagai berikut:
a)
Setiap orang dilahirkan genius. Setiap orang dilahirkan dengan suatu
kombinasi
kecerdasan yang beragam. Karena perbedaan
perjalanan dan pemgalaman hidup,
maka timbul perbedaan dalam dominasi dan
tingkat perkembangan kecerdasan yang kita miliki.
Kondisi
sosial dan budaya serta sifat dan proses pembelajaran yang kita
alami
akan menentukan seberapa cepat atau lambat proses perkembangan kecerdasan ini terjadi.
b) Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik.
Ada banyak cara dimana seseorang
melihat dan mengerti dunia disekelilingnya dan cara ia mengungkapkan pengertian yang ia dapatkan.
c) Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan
potensi yang ia gali dan kembangkan.
d) IQ
tinggi sangat membantu keberhasilan akademik namun bukan satu-
satunya faktor utama. IQ rendah bukan
garansi kegagalan.
e) Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan
kecerdasan anak didik
f) Kecerdasan berkembang secara bertahap. Untuk
lebih memahami hal ini, kita kelompokkan perkembanngan
ini menjadi empat tahap, yaitu:
1) Stimulasi
2) Penguatan
3) Belajar dan mengerti
4) Transfer dan pengaruh
g) Berpikir dapat diajarkan.[10]
Genius Learning yang disusun
berdasarkan hasil riset mutakhir mengenai
berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori. Menekankan sembilan
prinsip utama dalam proses pembelajaran ( Gunawan, 2006: 8 ) yaitu:
1. Otak berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang kaya stimulus multisensori dan tantangan berfikir lingkungan
demikian akan menghasilkan jumlah
koneksi yang lebih besar diantara sel- sel otak.
2. Besarnya pengharapan berbanding lurus dengan
hasil yang di capai. Otak selalu
berusaha mencari dan menciptakan arti dari suatu pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung pada level
pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar yang positif dan bersifat pribadi.
3. Lingkungan belajar adalah lingkungan yang
memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman yang
rendah. Keadaan pikiran siswa adalah kekuatan
paling menentukan untuk menuju sukses. Jika siswa percaya diri,termotivasi dan
gembira maka siswa tersebut memiliki potensi untuk sukses.
4.
Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat segera dan mempunyai banyak pilihan.
5. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga
cara:
a. musik membantu untuk men-charge otak
b. musik membantu merilekskan
otak, sehingga otak siap untuk belajar
c. musik dapat
digunakan untuk membawa informasi yang ingin
dimasukkan ke dalam memori.
6. Dengan menggunakan strategi dan teknik
khusus, maka kemampu
an mengingat dapat ditingkatkan.
7. Untuk dapat mencapai hasil
pembelajarn yang maksimal, maka kondisi fisik dan emosi harus benar-
benar diperhatikan. Siswa tidak tidak akan bisa belajar bila dalam keadaa
lapar, sakit ataupun mengantuk. Hasil penelitian menunjukkan
ketika seseorang berada dalam keadaan emosi yang positif endrofin
terbentuk. Selanjutnya zat ini meningkatnya aliran neurotransmiter yang
disebut asitekoli dan memungkinkan
terjadinya sambungan antar sel otak, sehingga otak dapat bekerja dan
berfungsi dengan efisien
8. Kecerdasan
dapat di kembangkan dengan proses pengajaran dan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
9.
Otak kiri dan otak kanan bisa berkerjasama dalam mengolah suatu informasi
Berdasarkan sembilan
prinsip kerja di atas maka pembelajaran Genius Learning di gambarkan dalam sebuah lingkaran sukses.
[11]
1. Suasana kondusif
Genius Learning
|
8. Ulangi &jangkarkan
3. Gambaran besar
7.
Demonstrasi
4.Tetapkan tujuan
6. Aktivasi
Gambar .2.1
Lingkaran sukses strategi Genius Learning
3. Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran
Matematika
Berdasarkan uraian tentang strategi Genius Learning yang telah diterapkan
diatas, maka prosedur pelaksanaan atau
tahap-tahap yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
1. Pada
pertemuan awal pembelajaran, guru mengatur ruang kelas dengan mengubah
susunan meja dan kursi , serta siswa dibagi dalam beberapa
kelompok. Agar masing-masing kelompok keanggotaannya heterogen maka penyusunan kelompok dapat dilakukan dengan cara mengurutkan siswa
dari tingkat kemampuan rendah
sampai tingkat kemampuan tinggi . Untuk pertemuan
berikutnya siswa sudah duduk dalam kelompoknya masing . Langkah ini merupakan
tahap Genius Learning yang pertama yaitu
menciptakan suasana kondusif.
2. Pada
tahap Genius Learning yang kedua yaitu hubungkan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menghubungkan
antara materi yang baru dipelajari dengan pengalaman atau
pengetahuan yang dimiliki siswa .
3.Guru memberikan gambara
besar mengenai materi yang akan dipelajari. Gambaran besar dapat diberikan dengan
menggunakan media pembelajaran atau menggambarkan secara lisan. Sehingga
menciptakan ketertarikan dan suasana
belajar yang menyenangkan. Dalam penelitian ini digunakan media pembelajaran
berupa ringkasan materi (chart) . Langkah ini merupakan tahap Genius Learning yang ketiga yaitu
gambaran besar.
4.Guru menyampaikan tujuan
yang akan dicapai dari pembelajaran sesuai indicator dari proses pembelajaran yang
akan segera dimulai. Langkah ini merupakan tahap Genius Learning yang keempat yaitu teteapkan tujuan.
5. Guru mengajukan materi
pembelajaran dengan mengakomodasikan gaya belajar siswa yaitu gaya belajar visual
guru menuliskan hal-hal penting dari
materi yang disajikan serta menggunakan media pembelajaran berupa chart yang berisi ringkangan. Gaya belajar
auditori guru menjelaskan materi dengan memberikan tekanan pada
hal-hal yang penting dan siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Langkah ini mrupakan tahap Genius Learning yang kelima yaitu pemasukana
informasi .
6. Untuk tahap Genius Learning yang keenam yaitu
aktivasi, guru memberikan permasalahan kepada siswa.
Masalah yang diberikan dalam Lembar Kerja siswa(LKS) untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang baru dipelajari dan dikerjakan
dengan diskusi dalam kelompok yang sudah ditentukan .Gurubb membimbimg
dan mengarahkan siswa dalam penyelesaian soal-soal di LKS .
7. Guru menentukan satu atau
dua kelompok yang akan tampil dengan
cara pengundian atau secara acak .Masing-masing
kelompok menentukan anggota yang akan tampil secara acak(random).
Siswa dipilih mempre sentasikan hasil tugas kelompoknya di depan kelas. Langkah ini merupakan tahap Genius Learning yang ketujuh
yaitu demonstrasi.
8.
Guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari. Selanjutnya guru melakukan
peninjauan ulang berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukakan
.Langkah ini merupakan tahap Genius
Learning yang kedelapan yaitu tinjau ulang.
Dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi Genius Learning memungkinkan siswa utnuk
belajar kelompok dan saling berbagi
dengan teman-temannya. Semua siswa dituntut untuk mengeluarkan ide, gagasan dan pikiran dalam memahami
topik –topik pembelajaran .
Pengelompokkan Siswa
Dalam pembentukkan
kelompok belajar, keanggotaan kelompok bersifat
heterogen berkisar antara 4-5 kelompok , sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan kumpulan berbagai
karekteristik yang berbeda. Siswa
dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademik. Anita Lie mengemukakan beberapa keuntungan pentgelompokkan secara
heterogen :
a) Kelompok
memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung.
b) Kelompok
ini meningkatkan relasi integrasi
c)
Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya siswa yang
berkemampuan tinggi, guru mendapatkan
asisten untuk mengajar.
Dengan suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan
berkembang nilai- nilai sikap ,
moral , dan prilaku siswa. Kondisi ini merupakan media bagi siswa dalam kemampuan dan melatih
keterampilan dirinya dalam suasana belajar
yang terbuka.
Agar masing-masing kelompok keanggotaannya heterogen maka
penyusunan kelompok dapat dilakukan
dengan cara mengurutkan nilai siswa semester 1 tahun pembelajaran 2012/2013 dari tingkat
kemampuan rendah sampai tingkat
kemampuan tinggi. Dibuat kelompok dari gabungan nilai anak yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah.Berikut ini disajikan langkah- langkah
pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik yang dapat dilihat pada tabel 1 adalah:
Tabel
1:
Prosedur
Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan Kemapuan Akademis
Langakah I
Mengurutkan siswa berdasarkan
kemampuan akademis
|
Langkah II
Membentuk kelompok pertama
|
Langkah III
Membentuk kelompok selanjutnya
|
1. Ani
2. David
3.
4.
.
.
.
.
10.
11.
Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
16.
.
.
.
24.
Slamet
25.
Dian
|
1.
2. David
3.
4.
9.
10.
11.
Yusuf
14.
Basuki
15.
16.
.
.
.
23.
24.
Slamet
|
1. Ani
2.
3.
4.
5.
9.
10.
12.
Citra
13.
Rini
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
25. Dian[12]
|
4. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran
konvensional secara umum adalah pembelajran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu
member materi melalui ceramah,
latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan
salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu
ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramahan
dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh
kegiatan, sedangkan pendengar hanya
memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.
Contoh pembelajaran
matematika dengan pendekatan ceramah adalah sebagai
berikut: guru mendominasi kegiatan pembelajaran bangun ruang dimensi tiga, dalam menyelesaikan contoh
soal dilakukan sendiri oleh guru. Langkah-langkah
guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Merekapun
meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
Kelemahan dari pembelajaran
konvensional antara lain[13]:
a.
pelajaran
berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja.
b.
Kepadatan
konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat peserta didik tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
c.
Pengetahuan
yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
d.
Ceramah
menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar mengahafal yang tidak
menimbulkan pengertian.
Kelebihan dari pembelajaran konvensional
adalah peserta didik lebih memperhatikan guru dan pandangan peserta didik hanya
tertuju pada guru.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaknai sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
berpusat pada guru, komunikasi lebih
banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran
lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi[14].
5. Hasil Belajar Matematika
Hasil dari belajar metematika itu
dapat di tentukan dari evaluasi dari suatu
pelajaran baik dengan diadakanya ujian harian, ujian tengah semester maupun ujian akhir semester,
berhasil atau tidaknya guru mengajar di lihat dari
hasil belajar yang diperoleh oleh siswanya dan berhsil atau tidaknya siswa dalam belajar dilihat dari hasil
belajar selama pembelajaran berlangsung.
Hasil belajar nampak dari kemampuan
yang diperoleh siswa, menurut Gagne
dapat dilihat dari 5 ketegori yaitu[15]:
a. Keterampilan
intelektual (intelektual skiil)
b. Informasi
ferbal (ferbal information)
c. Strategi
koognitif (cognitif strategies)
d. Keterampilan
motorik (moror skiil)
e. Sikap
(atitudes).
Hal ini berarti bahwa orang dengan
hasil belajarnya, selain harus dapat menunjukan
kemampuan-kemampuan tertentu, kemampuan-kemampuan tertentu dapat pula di ukur tingkatanya. Berdasarkan
uraian diatas disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi
seseoarang dengan lingkungan[16].
Hasil belajar yang baik hanya akan dapat dihasilkan melalui proses pemamfaatan
semua potensi yang ada. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor sehingga harus dioptimalkan penggunaanya. Hasil belajar merupakan suatu proses dari suatu kegiatan.
Sementara itu dalam taksonominya terhadap hasil belajar (Taksonomi Bloom) mengkategorikan hasil beajar menjadi tiga kawasan yaitu[17]:
a.
Ranah
kognitif (cognitive domain), yang
mengacu pada respon intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.
Ranah
afektif (effective domain), yang
mengacu pada respon sikap.
c.
Ranah
psikomotor (psychomoto domain), yang
mengacu pada perbuatan fisik ( action
).
Hasil belajar siswa yang tampak dalam sejumlah kemampuan
atau kompetensi
setelah melewati kegiatan belajar mengajar sering hanya dinilai dari aspek kognitif saja. Tampak bahwa ranah kognitif dan
ranah psikomotor sebenarnya saling melengkapi disertai dengan hasil
belajar dalam ranah afektif ( sikap).[18]
Penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil
belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.Hasil belajar siswa pada hakiktnya adalah perubahan tingkah laku
seperti telah dijelaskan di muka.Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidan g kognitif , afektif , dan psikomotoris
.Oleh sebab itu , dalam penilaian
hasil belajar,peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku ayng
diinginkan dikuasai siswa menjadi unsure penting
sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa
dan guru dalam mencapai tujuan –tujuan pengajaran. [19]
Kaitannya dengan proses pembelajaran, maka hasil belajar
merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Tentunya hasil yang diharapkan adalah hasil yang
maksimal. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan
kesiapan mental. Kesiapan ini dalam wujud kemauan dan rasa ingin tahu
terhadap materi yang dipelajari. Siswa akan selalu bertanya tentang segala
sesuatu yang tidak mereka ketahui sehingga mereka akan termotifasi dan aktif
dalam mencari jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan mereka sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku tersebut menyangkut bidang pengetahuan
nilai (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah ahasil belajar yang merupakan
tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran.
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Salah satu usaha yang dapat
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa adalah dengan cara meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.Dengan
meningkatnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Dengan meningkatnya keterlibatan siswa,berarti siswa memiliki tanggung jawab dalam belajar sehingga
berimbas pada peningkatan hasil belajar. Peningkatan
keterlibatan siswa dalam belajar dan membuat siswa dalam belajar senang dan terrrtarik, maka guru harus
dapat menggunakan strategi yang bervariasi
dalam pembelajaran matematika. Salah satunya pembelajaran dengan menggunakan strategi Genius Learning.
Dalam
penelitian ini penggunaan srategi genius learning dilakukan berdasarkan lingkaran sukses dari strategi
ini. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan
observasi terhadap aktivitas guru dan siswa oleh seorang observer untuk mendapatkan gambaran tentang
aktivitaws dalam proses belajar mengajar matematika
dan tes diberikan disetiap pertemuan selama perlakuan. Tes diberikan untuk melihat peningkatan hasil
belajar siswa dengan menggunakan strategi
Genius Learning. Dengan adanya strategi Genius Learning diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Dari penjabaran kerangka
konseptual di atas, dapat dibuat skema proses
pembelajaran sebagai beriktu :
(X1)
|
NT
|
|
|
||||||||
|
|
Siswa
|
Dibandingkan
|
(X2)
|
Keterangan
:
K.E : Kelompok Eksprimen
K.K : Kelompok Kontrol
PBM :
Proses Belajar Mengajar
T : Pembelajaran Menggunakan
Strategi Genius Learning
X1 : Hasil belajar mengajar
X2
: Hasil belajar K.K
NT : Nilai Tambah
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari
rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
“Hasil
belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi Genius Learning” lebih
baik dari hasil belajar matematika dengan pembelajaran konvensional siswa di
kelas XI di SMAN SUNGAI PUA.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang diteliti, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Menurut Suharsimi Arikunto, “
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik”.[20]
Tujuan
penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan
sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan
dan memperbandingkan hasil dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan.[21]
B.
Rancangan Penelitian
Model rancangan penelitian ini adalah Random Control Group Only Design. Dalam
hal ini kelompok siswa diambil dari suatu populasi dan dikelompokkan secara
acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen diberikan
seperangkat pelaksanaan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua
kelompok diberikan pengukuran yang sama. Perbedaan yang timbul dianggap
kesalahan pada kelompok yang diberi perlakuan.
Desain penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 2 : Desain Penelitian [22]
KELAS
|
PERLAKUAN
|
HASIL BELAJAR
|
Eksperimen
Kontrol
|
T
-
|
X1
X2
|
Keterangan :
T = Perlakuan
yang diberikan pada kelas eksperimen
X1 = Hasil belajar dengan menggunakan strategi Genius Learning
X2 = Hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua
siswa kelas XI di SMAN SUNGAI
PUA yang terdaftar tahun pelajaran 2012/2013.Dengan jumlah 121 siswa . Distribusi sebarannya siswa
terlihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel
3 : Jumlah Siswa Kelas XI di SMAN SUNGAI
PUA
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
|
1
|
XI1
|
32
|
|
2
|
XI 2
|
32
|
|
3
|
XI 3
|
33
|
|
4
|
XI 4
|
34
|
|
Sumber
: Tata usaha MTsN IV Angkat Candung
2. Sampel
Menurut
kebutuhan penelitian seperti telah diuraikan pada jenis penelitian diambil sebanyak 2 kelas yang terdiri
atas 1 kelas control dan 1 kelas eksperimen
. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah random sampling.
Langkah –langkah
pengambilan sampel :
a.
Mengumpulkan nilai ulangan umum kelas XI di SMAN SUNGAI PUA yang merupakan populasi dari penelitian ini
.
b.
Setelah nilai didapat,maka dilakukan uji homopgenitas utnuk melihat
apakah populasi homogen atau tidak , dengan cara :
1. Menghitung variansi masing-masing kelas
dengan rumus :
Dimana :
Fi = Frekuensi nilai ke – i
n = Banyaknya siswa
2. Menghitung variansi gabungan
seluruh kelas dengna rumus :
3. Menghitung harga satuan B
dengan rumus :
4. Menghitung harga satuan Chi
Kuadrat (x 2
)
Dengan criteria pengujian hipotesis
H0 ditolak jika QUOTE
X h itung 2
QUOTE
≥
x 1- α ( k -1) 2
dan diterima H0 jika QUOTE
X h itung 2
QUOTE
< x 1- α ( k -1) 2
QUOTE
QUOTE
dengan α = 0,05 dan dk = k-1.[23]
c. Karena
data homogen maka sampel ditentukan dengan acak dan diperoleh sampel kelas XI 2 sebagai kelas eksperimen, dan
kelas XI 4 SMAN 1 SUNGAI PUA sebagai kelas kontrol .
D.Variabel
Sesuai
dengan tujuan penelitian ini maka terdapat dua variabel yaitu :
a.
Variabel X1
Yaitu hasil belajar matematika yang didapat oleh siswa yang terlibat
dalam kelas eksperimen.
b. Variabel X2
Yaitu hasil belajar
matematika yang didapt oleh siswa yang terlibat dalam kelas kontrol.
E.
Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis
Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1)
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utamanya.[24]
Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil belajar
matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen.
2)
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam dokumen dokumen atau data yang diarsipkan.[25]
2. Sumber Data
Sesuai dengan data yang diperlukan maka data tersebut diperoleh melalui :
a. Sumber data primer adalah subjek atau sampel
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMAN 1 SUNGAI PUA yang
menjadi sam
b. Sumber data sekunder
adalah sumber yang mengantarai antara peneliti dengan subjek penelitian yaitu
guru bidang studi matematika kelas VII dan kantor tata usaha usaha
MTsN IV Angkat
Candung.
F.Prosedur Penelitian
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai jalannya penelitian
, ada tiga tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian yaitu :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah
a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk
melihat proses pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas
b. Menelaah data nilai
ulangan harian semester II mata pelajaran matematika kelas XI SMAN SUNGAI PUA
c. Menetapkan jadwal penelitian
d. Merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
e.
Menyiapkan instrument penelitian
f.
Menentukan kelas eksperimen dan kelas control
g.
Membuat kisi-kisi soal
h.
Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi – kisi yang telah dibuat
i.
Melakukan validasi soal tes akhir
j.
Melakukan uji coba soal tes
k.
Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin penelitian, dan lain-lain
.
2. Tahap Pelaksanaan
Tabel 5 : Pelaksanaan Strategi
Genius Learning pada kelas Eksperimen
Langkah
|
Kegiatan
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
Pendahuluan
|
a.
Suasana Kondusif
|
Memberikan
dan memerintahkan siswa untuk tetap berada dalam kelompoknya sampai kegiatan
belajar berakhir
|
Memperhatikan
penjelasan guru dalam kelompok masing-masing
|
|
b.Hubungkan
|
Mengajukan
Pertanyaan kepada siswa mengenai pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimiliki.
|
Menanggapi
pertanyaan yang diberikan guru
|
|
c.Gambaran
|
Memberikan
gambaran besar tentang materi yang akan dipelajari siswa
|
Memperhatikan
penjelasan guru
|
|
d.Tetapkan
tujuan
|
Menyampaikan
tujuan yang akan dicapai.
|
a.
Memperhatikan penjelasan dari guru
|
2.
Kegiatan Inti
|
a.Pemasukan
informasi
|
Menyajikan
materi pembelajaran dengan menggunakan media berupa chart yang berisi
ringkasan materi.
|
a.
Memperhatikan penjelasan dari guru
b.Menanggapi
pertanyaan dari guru
c.
Mencatat hal-hal yang penting yang dipelajari
|
|
b.Aktivasi
|
a.Memberikan
permasalahan kepada siswa dalam bentuk soal-soal latihan di LKS
b.Membimbing
dan mengarahkan siswa dalam penyelesaian soal-soal latihan di LKS
|
a. Berdiskusi dengan kelompok untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
b.
Menyampaikan ide dan pendapat terhadap penyelesaian masalah dalam
kelompok
|
|
c.Demonstrasi
|
a.Menentukan
kelompok yang akan mempersentasikan hasil tugas yang diberikan
b.Mengoreksi
hasil persentasi siswa dengan melempar pertanyaan pada siswa lain.
|
a.Menentukan
anggota yang akan tampil
b.Mempersentasikan
hasil diskusi
c.
Siswa lainnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang akan tampil
|
|
Tinjau
Ulang
|
a.Membimbing
siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari b.Memberikan
tugas rumah
|
a.
Membuat kesimpulan dari materi yang baru dipelajari
b.Mencatat
tugas rumah
|
Berdasarkan tabel 5 diatas ,
dijelaskan pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
pertama seperti berikut :
1) Pendahuluan ; siswa dibagi dalam
beberapa kelompok,mengatur ruang kelas dengan mengubah susunan meja dan
kursi .Hasil susunan meja dan kursi dapat dilihat pada gambar 3 sebagai
berikut .
Gambar
: Format Pengaturan Meja/Kursi dalam Kelas
|
G
|
K1
|
K2
|
K3
|
K4
|
K5
|
O
|
K7
|
K6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
G
|
K1
|
K2
|
K3
|
K4
|
K5
|
O
|
K7
|
K6
|
G
|
K1
|
K2
|
K3
|
K4
|
K5
|
O
|
K7
|
K6
|
2)
Kegiatan Inti
a. Guru memasukkan informasi dengan
menyajikan materi
Turunan Fungsi :
|
f’(x) dibaca “f aksen x”
f’(x) disebut turunan pertama dari f(x)
f’(c) = lim h→0 f x +h -
f ( x ) h
disebut perubahan sesaat atau laju perubahan f(x) pada
x = c atau turunan x = c , jika nilai limitnya ada.
b.
Guru memberikan contoh soal
Hitunglah :
1. f ' x
dari f x = x 2 - 3
dengan menggunakan defenisi turunan.
Jawab:
·
f x +h
= f x +h 2 -
3
2. Dari soal di atas carilah f ' -1
Jawab
:
3.
Misalkan y = 2z – 5 tentukan dy dz
Jawab :
Kemudian
guru memberikan LKS tiap kelompok untuk melihat pemahaman siswa. Dan 15 menit terakhir siswa dipilih secara acak untuk mempersentasikan 1 atau 2 soal di depan kelas
dan menjelaskannya.
3) Penutup
Guru
bersama siswa menyimpulkan materi hari ini, guru memberikan tugas baca untuk materi selanjutnya.
c. Pembelajaran matematika di kelas control
berdasarkan pembelajaran biasa, yaitu guru membuak pelajaran, apersepsi ,
dan menerangkan pelajaran dan kemudian
siswa diberikana latihan terbimbing. Menit-menit terakhir siswa diberi
tugas rumah dan pelajaran hari itu disimpulkan .
3. Tahap Akhir
Pada
tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir untuk melihat hasil belajar siswa , tes diberikan
pada kelas eksperimen dna kelas control , kemudian
digabungkan utnuk menguji hipotesis.
G. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Lembar Observasi Keaktifan Guru dan Siswa
Pada lembar observasi
ini akan dilihat tentang keaktifan guru dan siswa
selama PBM berlangsung.
Lembar observasi
keaktifan guru dan siswa ini eterdiri dari 4 kriteria yaitu :
4 untuk kategori sangat
bagus
3 untuk kategori bagus
2 untuk kategori cukup
1 untuk kategori kurang
b. Hasil Belajar
Untuk
perbandingan pembelajaran matematika yang menggunakan strategi Genius Learning dengan cara biasa terhadap hasil belajar matematika siswa , diberikan tes di akhir pembelajaran dengan
topik turunan fungsi.
Langkah –langkah
penyusunan tes :
a.Menyusun
kisi-kisi tes
b.
Uji coba tes hasil belajar
Tes uji coba
dilaksanakan pada sekolah yang sama oleh peneliti serta guru bidang studi yang bersangkutan.
c.
Melaksanakan analitis item
Sebelum instrument itu
digunakan dilakukan uji kesahihan dan keterandalan
terhadap instrument tersebut yaitu :
1. Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen akan
dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan
melalui data dan variabel
yang diteliti secara tepat .[26]
Sebuah tes dikatakan valid
apabila tes tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur . Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.[27]
Validitas isi
Validitas
isi atau content validity, atau validitas tes mempermasalahkan apakah isi butir tes yang diajukan itu mengandung isi kurikulum yang seharusnya
diukur atau tidak[28].
Untuk menentukan nilai validitas digunakan rumus:
Keterangan:
Selanjutnya dihitung thitung
dengan rumus sebagai berikut :
thitung = rxy
n -2 1- r xy 2
rxy =
korelasi product moment
n = jumlah responden
Setelah didapatkan thitung
kemudian dibandingkan dengan ttabel. Distribusi untuk α =0,05
dan derajat kebebasan ( dk = n-2 ), kaidah
keputusannya adalah :
Jika thitung ≥
ttabel. berarti soal valid
Selanjutnya diperhatikan kriteria nilai validitas
soal adalah sebagai berikut:
a)
Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat
tinggi
b)
Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi
c)
Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup
d)
Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah
2.
Reliabilitas Tes
Suatu tes dikatakan
reliabel apabila tes tersebut dilakukan berulang- ulang kali akan memperoleh
hasil yang tetap.Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:
Dengan:
Klasifikasi reliabilitas adalah:
3.Indek
Daya Pembeda (IP) Soal
Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya pembeda soal dapat
digunakan rumus:
Keterangan:
|
=
|
rata-rata kelompok atas
|
|
=
|
rata-rata kelompok bawah
|
|
=
|
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
|
|
=
|
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
|
N
N
|
=
=
|
27 % x N (untuk kelompok atas maupun kelompok bawah).
|
Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah, jika
jumlah sampel banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %.
Soal memiliki daya pembeda signifikan jika nilai
thitung > t tabel dengan degree of freedom (df) = (n1-1)
+ (n2 – 1) dan tingkat kepercayaan 0,01.
Adapun kriteria tingkat pembeda
soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
d. Tingkat kesukaran soal
Cara
menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:
Keterangan:
Adapun
kriteria tingkat kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
G.Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa data yang diperoleh , penulis
mengambil langkah – langkah sebagai berikit :
1.
Uji
normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, digunakan uji Lilieford dengan langkah sebagai berikut:
a.
Data X1,X2.X3,……Xn
yang diperoleh dari data terkecil hingga data yang terbesar.
b.
Data X1,X2.X3,……Xn
dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3….Zn
dimana:
Keterangan
Xi : skor yang diperoleh
siswa ke i
X : skor rata-rata
S : simpangan baku
c.
Dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang
F (Zi) = P(Z<Zi)
d.
Dengan menggunakan proporsi Z1,Z2,Z3….Zn
yang lebih kecil atau sama dengan
Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka:
e.
Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi)
yang kemudian ditentukan harga mutlaknya
f.
Diambil harga yang paling besar diantara
harga mutlak selisih tersebut yang disebut L0
g.
Membandingkan nilai L0 dengan nilai kritis A yang terdapat pada taraf
nyata α = 0,05. Kriteria terima yaitu hipotesis tersebut normal jika L0 lebih kecil dari A, selain dari itu ditolak .[33]
2. Uji
Homogenitas
Uji
homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varian yang
homogen atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F. uji F dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Mencari varian masing-masing data
kemudian dihitung harga F dengan rumus :
Keterangan
F : varian kelompok data
S12 : varian
hasil belajar kelas eksperimen
S22 : varian
hasil belajar kelas kontrol
b.
Jika harga F sudah dapat, dibandingkan
harga F tersebut dengan harga yang terdapat pada daftar distribusi F dengan
taraf nyata 5% dan db pembilang n1-1 dan db penyebut n2-1.
Jika F hitung> F tabel berarti kedua kelompok data mempunyai varian yang
tidak homogen.sebaliknya apabila F hitung< F tabel maka kedua kelompok data
mempunyai varian yang homogen.
3.
Uji Hipotesis
Untuk
memutuskan menolak atau menerima hipotesis. Prosedur untuk melakukan uji
hipotesis adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan hipotesis dalam bentuk
kalimat:
a.
H0 :
Hasil belajar matematika
siswa yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw III sama dengan hasil belajar
menggunakan pembelajaran konvensional.
b.
H1 :
Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw III lebih baik dari hasil
belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2.
Merumuskan
hipotesis dalam bentuk statistik
Bentuk statistik yang dipilih yaitu:
a. H0 : μ1 = μ2
b. H1 : μ1 > μ2
Harga statistik yang dipilih ini besarnya
dihitung dari data sampel yang dianalisis.
3. Menetapkan taraf keberhasilan
Kemudian berdasarkan taraf keberhasilan α
, maka ditetapkan α
: 0,05
4. Merumuskan statistik uji
Statistik uji yang digunakan adalah statistik t
, dengan rumus
Dimana:
Keterangan
X1 : nilai rata-rata
kelas eksperimen
X2 : nilai rata-rata
kelas kontrol
S12 : standar
deviasi kelas eksperimen
S22 : standar
deviasi kelas kontrol
n1 : jumlah siswa kelas
eksperimen
n2 : jumlah siswa kelas kontrol
5. Menghitung statistik t
berdasarkan data yang diperoleh
dari penelitian.
6. Merumuskan aturan keputusan
Harga t
yang diperoleh dibandingkan dengan harga t yang ada pada table dengan tingkat
kepercayaan 95% berdasarkan aturan keputusan.
Aturan
keputusan adalah:
a.
Jika t h itung
>
t tabel
maka H0 diterima
b.
Jika t h itung
≤
t tabel
maka H0 ditolak.
Kriteria pengujian , H0 ditolak jika thitung
>ttabel dengan
dk = (n1 + n2 – 2) dan
tarafnya 0,05 [34]
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Arikunto,Suharsimi.
2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta : Bumi Akasara
_______________.2002.Prosedur
Penelitian . Jakarta : Rineka cipta .
Gunawan,Adi
W.2007.Genius Learning Strategi .Jakarta:Pt
Gramedia Pustaka Utama .
Hamzah
B. Uno.2007. Model Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Bumi Aksara
Ilmi,Darul.
Dasar-2009.Dasar Pendidikan dan
Pembelajaran.STAIN Bukittinggi:
Bukittinggi .
Indonesia , Departemen
Agama Republik. 2005. AL-QUR’AN dan Terjemahannya. Bandung: Jumanatul Ali-Art J-ART.
Jhon M. Echol dan Hassan Shadily. Kamus
Inggris
Lie,Anita.2004.
Cooperative Learning –Mempraktekan
Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta
:PT.Gramedia Sarana Indonesia
MKPBM,Tim.2001.
Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Padang : UPI.
Mulyadi
, Nikson Marpaung. 2002.Belajar Matematika Aktif. Bandung : Sinar Baru Agresindo
Riduan.2004.
Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda. Bandung: Alfabeta
Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung :Tarsito
Sudjana,
Nana.1989.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT.Remaja
Rosdakarya
____________.
2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Tarbani
dkk, 1992 .Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Grasindo
Suryabrata
Sumadi.1984. Metodologi Penelitian.
Jakarta : PT Raja Gravindo Persada
Thoha, M. Chabib.1990. Tekhnik Evaluasi
Pendidikan.Jakarta: Raja
Grapindo Persada
http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/,
(diakses pada hari minggu tanggal 22 Mei2011)
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,
(diakses pada hari minggu tanggal 04 Januari 2013)
[1] Departemen
Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN dan
Terjemahannya, (Bandung: Jumanatul Ali-Art( J-ART), 2005), juz 28, h.544
[2]
[2] Nana Sudjana.1989.Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar.PT.Remaja
Rosdakarya :Bandung hal:3
[3]
Ilmi,Darul. Dasar-2009.Dasar Pendidikan dan Pembelajaran.STAIN
Bukittinggi:Bukittinggi , hal 21
[4] Tarbani dkk, Belajar dan
Pembelajaran, ( Jakarta : Grasindo, 1992), hal 2
[5] Nikson Marpaung dan Mulyadi, Belajar
Matematika Aktif, ( Bandung : Sinar Baru Agresindo, 2002),
h 101
[6]
Tim MKPBM.. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer.(Padang : UPI. 2001), h.29
[8]
Adi W.Gunawan .2007.Genius
Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama . h. 2
[10]
Adi W.Gunawan .2004.Genius
Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama . h. 7-8
[11]
Adi W.Gunawan .2004.Genius
Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama . h. 8-11
[12]
Anita Lie .2004.
Cooperative Learning –Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Keals.(Skripsi) .Padang “
[13]
http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/,
(diakses pada hari minggu tanggal 22 Mei2011)
[14] http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,
(diakses pada hari minggu tanggal 04 Januari 2013)
[15]
Gagne, . . . , h 27
[16]
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.213
[18]Hamzah Uno , Model Pembelajaran Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
h.213
[19]
Nana Sudjana . 1989. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar . Bandung:PT.RemajaRosdakarya h. 3
[20]
Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian .Jakarta:Rineka Cipta, h .272
[21]
Sumadi Suryabrata.1984. Metodologi
Penelitian. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.h,88
[22] Sumadi Suryabrata.2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja
Gravindo Persada.h.14
[24] Sumadi Suryabrata . Metodologi Penelitian (Jakarta : Raja
Grafindo Persada. 2004).h. 84
[25] Sumadi Suryabrata,…h.85
[27]
Arikunto , Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka cipta .h.164
[28]
Chabib. Thoha, Teknik evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 1996), h.111
[29]Riduan, Belajar
Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda( Bandung:
Alfabeta,2004)h.98
[30]Suharsimi Arikunto,
Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan...,h.75
[31]
Suharsimi Arikunto,…h.109
[32] Zainal
Arifin,…,h.278
[33]
Nana
Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algesindo), h.466
[34] Sudjana.2005.Metode
Statistik.Bandung :Tarsito , h.239
Tidak ada komentar:
Posting Komentar