Rani Fitria. S (Nim:2410.079)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA di STAIN SYEKH M.JAMIL JAMBEK

Jumat, 18 Januari 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat,maka akan dituntut sumber daya manusia yang berkompeten dan memiliki keterampilan khusus dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan . Untuk itu sangant dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas .Dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas diperlukan sekali perbaikan proses pembelajaran pada setiap bidang studi.
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang terjadi tidak terlepas dari ilmu matematika, oleh karena itu hendaknya pembelajaran matematika dapat menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Pendidikan menjadikan manusia memiliki derajat yang tinggi. Sebagaimana janji Allah SWT yang akan meninggikan beberapa derajat kedudukan orang yang berilmu. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
... Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya : “… dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,  niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan[1].


Jadi sebagai mukmin kita diwajibkan menuntut ilmu termasuk Matematika.  Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di Perguruan Tinggi. Pengajaran matematika di SD hingga SMA adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika secara tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum memberikan tuntutan pembeljaran yang berorientasi kepada proses bukan terhadap hasil saja. Berarti siswa dituntut untuk aktif mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seperti mengamati ,menginterprestasikan,mengaplikasikan konsep dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh agar perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Kedudukan guru dalam pengertian ini bukan hanya sebagai pengusaha tunggal dalam kelas atau sekolah,tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam proses pembelajaran.
Tetapi kenyataannya aktivitas siswa dalam pelajaran matematika pada kurikulum KTSP masih jauh dari yang diharapkan.Berdasaekan  wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA tentang aktivitas belajar siswa ,bahwa selama proses pembelajaran berlangsung terlihat kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru sedang menerangkan pelajaran, siswa kurang menyenangi cara penyampaian materi pelajaran , sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru sedang menerangkan pelajaran, siswa kurang menyenangi cara penyampaian materi pelajaran matematika,kurangnya memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendri, sehingga ketika guru memberikan latihan sebagian besar mereka tidak bisa menyelesaikan soal dengan benar.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan mengunakan metode pembelajaran diskusi kelompok ,diantaranya metode Genius Learning. Dalam menerapkan metode Genius learning ini anak didik ditempatkan sebagai pusat dari proses pembelajaran,anak didik tidak menjadi obyek pendidikan melainkan sebagai subyek pendidikan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar  Matematika Menggunakan Genius Learning Strategy Dengan Pembelajaran Konvensional Di Kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasaekan latar belakang di atas , peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.  Kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
2.  Siswa kurang menyenangi cara penyampaian materi pelajaran                                   matematika
3. Sulitnya siswa untuk memusatkan perhatian ketika guru sedang  
    menerangkan pelajaran
4.  Kurangnya memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri
5.  Pembelajaran yang lebih didomisili oleh guru .

C. Pembatasan Masalah
     Karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki dan agar terpusatnya pembahasan dalam penelitian ini maka dari latar belakang masalah tersebut , penulis membatasi masalaha yang akan diteliti yaitu :
1. Penelitian ini pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 terhadap siswa kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA.
2. Hasil belajar berupa bilangan yang diperoleh melalui ters akhir dan LKS.
3. Materi yang diberikan selama penelitian adalah okok bahasan Turunan Fungsi.

D. Rumusan Masalah
     Berdasarkan batasan masalah di atas , maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa dengan mengguankan strategi Genius Learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode konvensional  pada siswa kelas VII MTsN IV Angkat Canduang?”.

E.   Tujuan Penelitian
         Sesuai dengan rumusan masalah di atas,tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa menggunakan strategi Genius Learning dengan pembelajaran biasa di kelas VII MTsN IV Angkat Candung.

F.    Definisi Operasional
           Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami proposal penelitian ini maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1.      Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika menurut Nikson Marpaung dan Mulyadi adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi sebagai konsep dan prinsip itu dibentuk kembali.
2.   Model Pembelajaran Genius Learning
             Strategi Genius Learning adalah suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya peningkatan hasil proses pembelajaran dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti pengetahuan tentang cara kerja memori, kerja otak, kepribadian, emosi, gaya belajar, multiple intelegensi dan pengetahuan lain sebagainya yang bisa membantu efektifitas proses belajar mengajar.
3. Model Pembelajaran konvensional
         Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas.
4. Hasil belajar     
         Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, menguasai materi yang diajarkan. Hasil dari belajar metematika itu dapat di tentukan dari evaluasi dari suatu pelajaran baik dengan diadakanya ujian harian, ujian tengah smester maupun ujian akhir semester, berhasil atau tidaknya guru mengajar di lihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswanya dan berhsil atau tidaknya siswa dalam belajar dilihat dari hasil belajar selama pembelajaran berlangsung.[2]

G. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Bagi Guru
a.       Dapat memberikan alternatif pemecahan masalah dalam menemukan model pembelajaran matematika.
b.      Memberikan informasi bagi guru matematika khususnya guru MTsN mengenai Strategi Genius Learning

2.    Bagi Peneliti
                   a. Pedoman bagi peneliti sebagai calon guru agar nantinya dapat                                               menerapkan  strategi Genius Learning dalam pembelajaran                                       matematika  nantinya
b.   Melatih peneliti agar terampil dalam membuat karya ilmiah.
c.               Melatih peneliti berfikir kritis, kreatif dan inofatif dalam menye       lesaikan masalah yang dihadapi khususnya yang berhubungan                matematika.
d.   Peneliti dapat merancang suatu metode pembelajaran yang dapat  
      membawa pengaruh positif terhadap pembelajaran matematika.

3.    Bagi Lembaga
a.       Diharapkan dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas  sekolah.
b.      Meningkatkan perhatian dan dukungan dari kepala sekolah kepada guru dan siswa kelas XI di SMAN 1 SUNGAI PUA













BAB II
KERANGKA TEORITIS

A.      KAJIAN TEORI
1.  Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar adalah proses perubahan sebagai akibat terjadinya interaksi si pelajar dengan lingkungan.
Pada Teori Medan (Field Theory) dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan struktur kognitif (pengetahuan).Orang belajar akan bertambah pengetahuannya, yang berarti tahu lebih banyak daripada sebelum belajar.Tahu lebih banyak berarti ruang lingkupnya bertambah luas dan semakin terdiferensikan . Itu semua berrti seseorang akan banyak memiliki fakta yang saling berhubungan. [3]
Belajar menurut A. Tarbani dkk adalah suatu proses tingkah laku individu berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi belajar memerlukan usaha dari individu untuk aktif dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan perubahan tingkah lakunya[4].
Berdasarkan kutipan diatas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dicapai seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungan dalam bentuk pengalaman.  Jadi, bagi siswa belajar sebaik-baiknya adalah siswa mengalami, sebab dengan mengalami itu individu dapat mengkonstruksikan pengetahuannya.
           Nikson Marpaung dan Mulyadi menyatakan bahwa pembelajaran    matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep- konsep atau prinsip- prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi sebagai konsep dan prinsip itu dibentuk kembali. Jadi guru dituntut untuk memberi dorongan kepada siswa dengan menfasilitasi siswa agar aktif mengkonstruksi kompetensi matematika mereka. Guru juga dituntut untuk membantu peserta didik untuk menjadi sadar terhadap bakat personal yang ada dalam dirinya dan untuk mengembangkan serta merealisasikanya agar mencakup berbagai masalah[5].
Salah satu ciri dari pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang popular dibicarakan oleh pakar pendidikan . Karena proses pembelajaran adalah pembentukan diri siswa untuk menuju pada pembangunan manusia seutuhnya, jadi tidak melalui “trial and error”.Siswa adalah manusia yang sedang mengembangkan diri secara utuh dan tidak boleh dianggap sebagai kelinci percobaan.[6]
Dalam kaitanya dengan matematika Bruner berpendapat matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang akan dipelajari serta mencari hubunganya dalam matematika itu, dan ia mengemukakan bahwa belajar matematika dapat berlangsung 4 tahap, yaitu:
1.    Teorema konstruksi (contruction teorema)
Bahan belajar matematika yang terbaik bagi siswa yaitu dengan memulai belajar konsep dan prinsip matematika dan mengkonstruksinya gagasan- gagasan yang dipelajari.
2.    Teorema Notasi                                                        
Bahwa notasi konstruksi awal belajar dibuat lebih sederhana secara koknitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh siswa, hal ini dilakukan dengan pendekatan spiral.
3.    Teorema perbedaan dan vanasi
Bahwa belajar matematika berlangsung dari kongkrit menuju abstrak harus disertai perbedaan dan fariasi.
4.    Teorema kanektivitas
Bahwa belajar matematika mengenai setiap suatu konsep, struktur dan keterampilan berhubungan dengan suatu konsep, struktur dan keterampilan yang lain.

Jadi dalam belajar matematika siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar pelajaran itu mudah dipahami dan diterapkan baik untuk diri sendiri, lingkungan dan negara dengan adanya bimbingan dari seorang guru agar siswa itu menyadari kemampuan personal yang ada dalam dirinya.
                        Hal yang perlu diperhatikan peserta didik yaitu adab belajar menurut ajaran islam, merujuk pada Al-Quran dan sunnah yaitu:
1.      Belajar efektif
        Belajar efektif adalah kegiatan belajar yang diikuti oleh keimanan dan kecintaan kepada sang pencipta Alam Semesta. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
2.      Belajar dengan cermat
Kecermatan dan ketelitian adalah bukti dari keseriusan kita terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan.
3.      Sabar dalam menuntut ilmu
        Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi:
$ygƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 153 )
Kesabaran yang tinggi dan kasih saying dan tulus insya Allah akan membuat peserta didik akan merasa betah duduk lama didalam kelas.
4.      Belajar dengan cara bertanya
        Seorang guru hendaknya dapat merangsang timbulnya pertanyaan dari peserta didik di dalam pembelajarannya, sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat bersifat aktif.
5.      Restu Orang tua
        kecerdasan dapat dicapai dengan tekun dan giat belajar dan berlatih, faktor kecerdasan yang pertama yaitu Allah, karena dialah yang menggerakkan saraf-saraf diotak kita, Allahlah yang menyimpan semua materi di alam raya untuk kita teliti, faktor kedua untuk mencapai keutamaan kecerdasan adalah sejati adalah kesadaran bahwa orang tua mempunyai persn besar dalam usaha dan proses pencapaian kecerdasan.
6.      Hormat kepada guru
        Guru adalah orang tua anak didik disekolah. fungsi-fungsi pendidikan menjadi tanggung jawab guru saat anak didik ada disekolah. peserta didik yang berhasil menguasai ilmu, mengaplikasikan, dan memiliki karakter karena ilmunya tentu saja tak lepas dari peran guru-guru yang ada disekolah.

       Jadi, pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep/prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses pembelajaran. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan agar siswa dalam pembelajaran lebih bermakna.
       2.  Strategi Genius Learning
                  Secara bahasa Genius Learning berasal dari dua kata, Genius yang
      berarti cerdas dan Learning yang berarti pembelajaran.Jadi Genius
      Learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cerdas.[7]
                  Strategi Genius Learning merupakan suatu system yang terancang   dalam satu jalinan yang sangat efesien yang meliputi diri anak didik, guru ,        proses dan lingkungan pembelajaran.Menurut Gunawan,Genius Learning    adalah suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil           proses pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam Genius Learning       membantu anak didik untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan mereka             sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing . Penekanan pada          pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran menjadi     efesien , efektif , dan menyenangkan serta hasil belajar sesuai yang       diinginkan.[8]
                  Dalam Genius Learning  kita menempatkan anak didik sebagai pusat          dan proses pembelajaran , sebagai suyek pendidikan,buka obyek pendidikan .         Maksudnya guru hanya sebagai perencana pembelajaran dan siswa sendiri   sebagai pelaksana dari kegiatan belajar. Falam menerapkan metode Genius             Learning , kita berangkat dari suatu keyakinan dan pengharapan bahwa      apabila anak didik dapat dimotivaswi dengan tepat dan diajar dengan cara         yang benar cara menghargai keunikan mereka (gaya belajar )maka mereka       dapat   mencapai suatu hasi pembelajaran yang maksimal.
                  Gaya belajar adalah hal yang paling disukai dalam kegiatan berpikir,memproses dan mengerti suatu informasi. Walapun ada banyak pendekatan dalam hal gaya belajar. Hal yang paling penting adalah bagaimana pengetahuan mengenai gaya belajar itu dapat kita gunakan untuk membantu siswa memaksimalkan proses pembelajaran. Gunawan mengemukakan bahwa :prosses belajar dalam Genius Learning  sangat memperhatikana gaya belajar siswa pada visual(penglihatan), auditori(pendengaran), dan kinestik (sentuhan dan gerakan)[9]
            Agar pembelajaran bisa berhasil dengan maksimal, maka guru sebagai         suatu factor yang mempengaruhi proses belajar siswa, harus benar-benar memperhatikan aspek perasaan atau emosi murid, kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun spikis . Selanjutnya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru harus meliputi tahap persiapan , perencanaan yang baik sehingga siswa mampu menggali dan mengerti kebutuhan yang mereka butuhkan sehingga mereka menemukan arti belajar yang sesungguhnya dari informasi yang diperoleh.
                  Presuposisi atau asumsi dasar yang kita pakai dalammendefinisikan             kecerdasan dalam strategi Genius Learning adalah sebagai berikut:
           a) Setiap orang dilahirkan genius. Setiap orang dilahirkan dengan suatu
               kombinasi kecerdasan yang beragam. Karena perbedaan   perjalanan   dan pemgalaman hidup, maka timbul perbedaan dalam  dominasi dan tingkat perkembangan kecerdasan yang kita miliki.
                Kondisi sosial dan budaya serta sifat dan proses pembelajaran  yang kita        
                alami akan menentukan seberapa cepat atau lambat proses     perkembangan kecerdasan ini terjadi.
    b)  Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik. Ada banyak cara dimana                                        seseorang melihat dan mengerti dunia disekelilingnya dan cara ia   mengungkapkan pengertian yang ia dapatkan.
     c)  Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan potensi yang ia gali dan  kembangkan.
     d) IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik namun bukan satu-
         satunya faktor utama. IQ rendah bukan garansi kegagalan.
     e)  Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan anak didik
     f)  Kecerdasan berkembang secara bertahap. Untuk lebih memahami  hal            ini, kita kelompokkan perkembanngan ini menjadi empat tahap, yaitu:
1) Stimulasi
2) Penguatan
3) Belajar dan mengerti
4) Transfer dan pengaruh
g) Berpikir dapat diajarkan.[10]
                        Genius Learning yang disusun berdasarkan hasil riset mutakhir       mengenai  berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori.             Menekankan  sembilan  prinsip utama dalam proses pembelajaran ( Gunawan,        2006: 8 ) yaitu:
                        1. Otak berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang kaya   stimulus   multisensori dan tantangan berfikir lingkungan demikian       akan menghasilkan jumlah koneksi yang lebih besar diantara sel- sel        otak.
                        2.  Besarnya pengharapan berbanding lurus dengan hasil yang di capai.          Otak selalu berusaha mencari dan menciptakan arti dari suatu           pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung pada level pikiran       sadar dan pikiran bawah sadar yang positif dan bersifat pribadi.
3.   Lingkungan belajar adalah lingkungan yang memberikan tantangan tinggi namun  dengan tingkat ancaman yang rendah. Keadaan pikiran siswa adalah  kekuatan paling menentukan untuk menuju sukses. Jika siswa percaya diri,termotivasi dan gembira maka siswa tersebut memiliki potensi untuk sukses.
                        4. Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat segera dan    mempunyai banyak pilihan.
  5.  Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga cara:
                             a. musik membantu untuk men-charge otak
                             b. musik membantu merilekskan otak, sehingga otak siap untuk                     belajar
                             c. musik dapat digunakan untuk membawa informasi yang ingin    
                                 dimasukkan  ke dalam memori.
                         6. Dengan menggunakan strategi dan teknik khusus, maka kemampu
                             an mengingat dapat ditingkatkan.
                        7. Untuk dapat mencapai hasil pembelajarn yang maksimal, maka                     kondisi  fisik dan emosi harus benar- benar diperhatikan. Siswa tidak             tidak akan bisa belajar bila dalam keadaa lapar, sakit ataupun                       mengantuk.  Hasil penelitian menunjukkan ketika seseorang berada             dalam keadaan emosi yang positif endrofin terbentuk. Selanjutnya zat       ini meningkatnya aliran neurotransmiter yang disebut asitekoli dan      memungkinkan terjadinya sambungan antar sel otak, sehingga otak             dapat bekerja dan berfungsi dengan efisien
                         8. Kecerdasan dapat di kembangkan dengan proses pengajaran dan
                            pembelajaran  yang sesuai  dengan kondisi lingkungan.
                         9. Otak kiri dan otak kanan bisa berkerjasama dalam mengolah suatu              informasi           
                                     
                                      Berdasarkan  sembilan prinsip kerja di atas maka pembelajaran Genius        Learning  di gambarkan dalam sebuah lingkaran sukses. [11]

                             1. Suasana kondusif
Genius Learning
Oval: Genius Learning                                                                                     2. Hubungkan
           8. Ulangi &jangkarkan                                          3. Gambaran besar
                      7. Demonstrasi                                           4.Tetapkan tujuan 
                                                                                      5. Pemasukan informasi
                             6. Aktivasi  

Gambar .2.1 Lingkaran sukses strategi Genius Learning

        3. Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran  Matematika
                  Berdasarkan uraian tentang strategi Genius Learning yang telah      diterapkan diatas, maka prosedur  pelaksanaan atau tahap-tahap yang dapat             dilakukan dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
      1. Pada pertemuan awal pembelajaran, guru mengatur ruang kelas                 dengan mengubah susunan meja dan kursi , serta siswa dibagi dalam               beberapa kelompok. Agar masing-masing kelompok keanggotaannya  heterogen maka penyusunan kelompok dapat dilakukan dengan cara mengurutkan siswa dari             tingkat kemampuan rendah sampai tingkat kemampuan tinggi . Untuk  pertemuan berikutnya siswa sudah duduk dalam kelompoknya masing . Langkah ini merupakan tahap Genius Learning yang pertama yaitu  menciptakan suasana kondusif.
      2. Pada tahap Genius Learning yang kedua yaitu hubungkan. Guru             mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menghubungkan antara materi          yang baru        dipelajari dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki         siswa .
      3.Guru memberikan gambara besar mengenai materi yang akan dipelajari.                   Gambaran besar dapat diberikan dengan menggunakan media pembelajaran          atau menggambarkan secara lisan. Sehingga menciptakan  ketertarikan dan          suasana belajar yang menyenangkan. Dalam penelitian ini digunakan media           pembelajaran berupa ringkasan materi (chart) . Langkah ini merupakan        tahap Genius Learning yang ketiga yaitu gambaran besar.
      4.Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran sesuai                   indicator dari proses pembelajaran yang akan segera dimulai. Langkah ini           merupakan tahap Genius Learning yang keempat yaitu teteapkan tujuan.
      5. Guru mengajukan materi pembelajaran dengan mengakomodasikan gaya                  belajar siswa yaitu gaya belajar visual guru menuliskan hal-hal penting                      dari materi yang disajikan serta menggunakan media pembelajaran berupa              chart yang berisi ringkangan. Gaya belajar auditori guru menjelaskan                       materi dengan memberikan tekanan pada hal-hal yang penting dan siswa               berdiskusi dalam       kelompoknya. Langkah ini mrupakan tahap Genius                     Learning yang kelima yaitu pemasukana informasi .
      6. Untuk tahap Genius Learning yang keenam yaitu aktivasi, guru                               memberikan permasalahan kepada siswa. Masalah yang diberikan dalam            Lembar Kerja siswa(LKS) untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap                materi yang baru dipelajari dan dikerjakan dengan diskusi dalam kelompok         yang sudah ditentukan .Gurubb membimbimg dan mengarahkan siswa                    dalam penyelesaian soal-soal di LKS .
      7. Guru menentukan satu atau dua kelompok yang akan  tampil dengan cara                pengundian atau secara acak .Masing-masing kelompok menentukan                        anggota yang akan tampil secara acak(random). Siswa dipilih  mempre                         sentasikan hasil     tugas kelompoknya di depan kelas. Langkah ini                    merupakan tahap Genius   Learning yang ketujuh yaitu demonstrasi.
      8. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang                          dipelajari. Selanjutnya guru melakukan peninjauan ulang berdasarkan                     pembelajaran yang telah dilakukakan .Langkah ini merupakan tahap                    Genius Learning yang kedelapan yaitu tinjau ulang.
                  Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi       Genius Learning memungkinkan siswa utnuk belajar kelompok dan saling berbagi dengan teman-temannya. Semua siswa dituntut untuk mengeluarkan        ide, gagasan dan pikiran dalam memahami topik –topik pembelajaran .
     
      Pengelompokkan Siswa
                  Dalam pembentukkan kelompok belajar, keanggotaan kelompok      bersifat heterogen berkisar antara 4-5 kelompok , sehingga interaksi kerja    sama yang terjadi merupakan kumpulan berbagai karekteristik yang berbeda.                Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademik. Anita Lie           mengemukakan beberapa keuntungan pentgelompokkan secara heterogen :
      a)  Kelompok memberikan kesempatan  untuk saling mengajar dan saling                      mendukung.
      b)  Kelompok ini meningkatkan relasi integrasi
      c)  Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya siswa yang  
            berkemampuan tinggi, guru mendapatkan asisten untuk mengajar.

                  Dengan suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai-        nilai sikap , moral , dan prilaku siswa. Kondisi ini merupakan media bagi             siswa dalam kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana       belajar yang terbuka.
                  Agar masing-masing kelompok keanggotaannya heterogen maka     penyusunan kelompok dapat dilakukan dengan cara mengurutkan nilai siswa   semester  1 tahun pembelajaran 2012/2013 dari tingkat kemampuan rendah           sampai tingkat kemampuan tinggi. Dibuat kelompok dari gabungan nilai anak       yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.Berikut ini disajikan langkah-         langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik yang         dapat dilihat pada tabel 1 adalah:
Tabel 1: Prosedur  Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan Kemapuan                       Akademis








Langakah I
Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis
Langkah II
Membentuk kelompok pertama
Langkah III
Membentuk kelompok selanjutnya
1.   Ani
2.   David
3.
4.
.
.
.
.
10.
11. Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15.
16.
.
.
.
24. Slamet
25. Dian
1.    Ani
2.   David
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15.
16.
.
.
.
23.
24. Slamet
25. Dian
1.    Ani
2.   David
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. Slamet
25. Dian[12]
             
        4. Model Pembelajaran Konvensional
                        Pembelajaran konvensional secara umum adalah pembelajran dengan           menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu member materi            melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah      merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang             kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada         penceramahan dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar.                                 Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedangkan pendengar       hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.
                        Contoh pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah         sebagai berikut: guru mendominasi kegiatan pembelajaran bangun ruang       dimensi tiga, dalam menyelesaikan contoh soal dilakukan sendiri oleh guru.                Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik.         Merekapun meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh            guru.
            Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain[13]:
a.       pelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja.
b.      Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
c.       Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
d.      Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar mengahafal yang tidak menimbulkan pengertian.
Kelebihan dari pembelajaran konvensional adalah peserta didik lebih memperhatikan guru dan pandangan peserta didik hanya tertuju pada guru.
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat         dimaknai sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode             pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan     materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan   kompetensi[14].
        5.  Hasil Belajar Matematika
           Hasil dari belajar metematika itu dapat di tentukan dari evaluasi dari                       suatu pelajaran baik dengan diadakanya ujian harian, ujian tengah semester             maupun ujian akhir semester, berhasil atau tidaknya guru mengajar di lihat                      dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswanya dan berhsil atau tidaknya          siswa dalam belajar dilihat dari hasil belajar selama pembelajaran     berlangsung.
           Hasil belajar nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa, menurut                      Gagne dapat dilihat dari 5 ketegori yaitu[15]:
a.       Keterampilan intelektual (intelektual skiil)
b.      Informasi ferbal (ferbal information)
c.       Strategi koognitif (cognitif strategies)
d.      Keterampilan motorik (moror skiil)
e.       Sikap (atitudes).
           Hal ini berarti bahwa orang dengan hasil belajarnya, selain harus dapat                    menunjukan kemampuan-kemampuan tertentu, kemampuan-kemampuan             tertentu dapat pula di ukur tingkatanya. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan          bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseoarang dengan lingkungan[16].   
          Hasil belajar yang baik hanya akan dapat dihasilkan melalui proses pemamfaatan semua potensi yang ada. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh       banyak faktor sehingga harus dioptimalkan penggunaanya. Hasil belajar             merupakan suatu proses dari suatu kegiatan.
               Sementara itu dalam taksonominya terhadap hasil belajar (Taksonomi          Bloom) mengkategorikan hasil beajar menjadi tiga kawasan yaitu[17]:
a.    Ranah kognitif (cognitive domain), yang mengacu pada respon intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.    Ranah afektif (effective domain), yang mengacu pada respon sikap.
c.    Ranah psikomotor (psychomoto domain), yang mengacu pada perbuatan fisik ( action ).

               Hasil belajar siswa yang tampak dalam sejumlah kemampuan atau   kompetensi setelah melewati kegiatan belajar mengajar sering hanya dinilai            dari aspek kognitif saja. Tampak bahwa ranah kognitif dan ranah psikomotor        sebenarnya saling melengkapi disertai dengan hasil belajar dalam ranah       afektif ( sikap).[18]

               Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-  hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.Hasil belajar siswa    pada hakiktnya adalah perubahan tingkah laku seperti telah dijelaskan di         muka.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas             mencakup bidan g kognitif , afektif , dan psikomotoris .Oleh sebab itu , dalam     penilaian hasil belajar,peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan           kemampuan dan tingkah laku ayng diinginkan dikuasai siswa menjadi unsure         penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah     upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh    siswa dan guru dalam mencapai tujuan –tujuan pengajaran. [19]
               Kaitannya dengan proses pembelajaran, maka hasil belajar merupakan         sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung.                          Tentunya hasil yang diharapkan adalah hasil yang maksimal. Untuk         mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan kesiapan mental.    Kesiapan ini dalam wujud kemauan dan rasa ingin tahu terhadap materi yang     dipelajari. Siswa akan selalu bertanya tentang segala sesuatu yang tidak      mereka ketahui sehingga mereka akan termotifasi dan aktif dalam mencari jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan mereka sendiri.
          Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada         hakekatnya adalah perubahan tingkah laku tersebut menyangkut bidang      pengetahuan nilai (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
          Hasil belajar dalam penelitian ini adalah ahasil belajar yang merupakan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam        memahami suatu mata pelajaran.

B.   KERANGKA  KONSEPTUAL                 
                     Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan           hasil belajar matematika siswa adalah dengan cara meningkatkan keterlibatan            siswa dalam pembelajaran.Dengan meningkatnya keterlibatan siswa dalam         pembelajaran. Dengan meningkatnya keterlibatan siswa,berarti siswa memiliki        tanggung jawab dalam belajar sehingga berimbas pada peningkatan hasil belajar.                     Peningkatan keterlibatan siswa dalam belajar dan membuat siswa dalam belajar senang dan terrrtarik, maka guru harus dapat menggunakan strategi yang    bervariasi dalam pembelajaran matematika. Salah satunya pembelajaran dengan        menggunakan strategi Genius Learning.
                     Dalam penelitian ini penggunaan srategi genius learning dilakukan     berdasarkan lingkaran sukses dari strategi ini. Selama pembelajaran berlangsung            dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa oleh seorang observer         untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitaws dalam proses belajar mengajar     matematika dan tes diberikan disetiap pertemuan selama perlakuan. Tes diberikan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan             strategi Genius Learning. Dengan adanya strategi Genius Learning diharapkan        mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
                   Dari penjabaran kerangka konseptual di atas, dapat dibuat skema         proses pembelajaran sebagai beriktu :
(X1)
NT
K.E
 
PBM + T
 
K.K
 
PBM
 
 
   

Siswa
Dibandingkan
(X2)
 




            Keterangan :
            K.E      : Kelompok Eksprimen
            K.K     : Kelompok Kontrol
            PBM    : Proses Belajar Mengajar
            T          : Pembelajaran Menggunakan Strategi  Genius Learning
            X1          :  Hasil belajar mengajar
            X2          : Hasil belajar K.K
            NT       : Nilai Tambah
C.   HIPOTESIS PENELITIAN
                     Dari rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis          penelitian ini adalah  :
            “Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi Genius        Learning” lebih baik dari hasil belajar matematika dengan pembelajaran       konvensional  siswa di kelas XI di SMAN SUNGAI PUA.


















BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang  diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Menurut Suharsimi Arikunto, “ Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik”.[20]
Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasil dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.[21]

B.  Rancangan Penelitian
      Model rancangan penelitian ini adalah Random Control Group Only Design. Dalam hal ini kelompok siswa diambil dari suatu populasi dan dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
            Kelompok eksperimen diberikan seperangkat pelaksanaan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok diberikan pengukuran yang sama. Perbedaan yang timbul dianggap kesalahan pada kelompok yang diberi perlakuan.
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut  :
Tabel 2 : Desain Penelitian [22]
KELAS
PERLAKUAN
HASIL BELAJAR
Eksperimen
Kontrol
T
-
X1
X2

Keterangan :
T =     Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
X1 =   Hasil belajar dengan menggunakan strategi Genius Learning
X2 =   Hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional
C. Populasi dan Sampel
     1. Populasi
                          Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas XI di SMAN            SUNGAI PUA yang terdaftar tahun pelajaran 2012/2013.Dengan jumlah 121       siswa . Distribusi sebarannya siswa terlihat dalam tabel dibawah ini  :
           

Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas XI di SMAN   SUNGAI PUA
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
XI1
32
2
XI 2
32
3
XI 3
33
4
          XI 4
                 34
                        Sumber : Tata usaha MTsN IV Angkat Candung
     2. Sampel
                         Menurut kebutuhan penelitian seperti telah diuraikan pada jenis                   penelitian diambil sebanyak 2 kelas yang terdiri atas 1 kelas control dan 1 kelas           eksperimen . Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah random   sampling.
                        Langkah –langkah pengambilan sampel :
          a. Mengumpulkan nilai ulangan umum kelas XI di SMAN SUNGAI PUA                    yang merupakan populasi dari penelitian ini .
          b. Setelah nilai didapat,maka dilakukan uji homopgenitas utnuk melihat
              apakah populasi homogen atau tidak , dengan cara :
              1.  Menghitung variansi masing-masing kelas dengan rumus :
                          Si2= i=1nfixi2 i=1nfi- i=1nfixi i=1nfi2
                     Dimana  :
                     Si2     = Variansi masing-masig kelas
                     xi       = Nilai ke-i
                     Fi      = Frekuensi nilai ke – i                
                     n        = Banyaknya siswa
                2.  Menghitung variansi gabungan seluruh kelas dengna rumus :
                        S2=(ni-1)Si2(ni-1)     

                 3.  Menghitung harga satuan B dengan rumus :
B=(logS2)(ni-1)
                 4.  Menghitung harga satuan Chi Kuadrat (x2 )
                              x2=(ln10)B-(ni-1)logSi2          
                       
                        Dengan criteria pengujian hipotesis H0 ditolak jika  QUOTE  Xhitung2   QUOTE                                       x1-α(k-1)2  dan diterima H0 jika  QUOTE  Xhitung2   QUOTE  < x1-α(k-1)2  QUOTE   QUOTE   dengan α = 0,05 dan dk =         k-1.[23]
          c. Karena data homogen maka sampel ditentukan dengan acak dan diperoleh sampel       kelas XI 2 sebagai kelas eksperimen, dan kelas  XI 4 SMAN 1 SUNGAI PUA                  sebagai kelas kontrol .
D.Variabel
            Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka terdapat dua variabel yaitu :
            a. Variabel X1 
               Yaitu hasil belajar matematika yang didapat oleh siswa yang terlibat dalam             kelas eksperimen.
            b. Variabel X2
                      Yaitu hasil belajar matematika yang didapt oleh siswa yang terlibat dalam               kelas kontrol.
E. Jenis Dan Sumber Data
     1. Jenis Data
            Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
            1)  Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari                     sumber utamanya.[24] Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil                       belajar matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen.
            2)   Data sekunder adalah data yang tersusun dalam dokumen dokumen atau                data yang diarsipkan.[25]
     2.  Sumber Data
               Sesuai dengan data yang diperlukan maka data tersebut diperoleh                                       melalui :
                        a.  Sumber data primer adalah subjek atau sampel dalam penelitian ini                         yaitu siswa kelas XI  SMAN 1 SUNGAI PUA yang menjadi sam
                        b. Sumber data sekunder adalah sumber yang mengantarai antara                                peneliti dengan subjek penelitian yaitu guru bidang studi                                               matematika kelas VII dan kantor tata usaha usaha MTsN IV Angkat
                            Candung.
F.Prosedur Penelitian
            Dalam bagian  ini akan dibahas mengenai jalannya penelitian , ada tiga tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian yaitu :
            1. Tahap persiapan
                Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah
                   a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran                     yang diterapkan di dalam kelas
                   b. Menelaah data nilai ulangan harian semester II mata pelajaran                                   matematika    kelas XI SMAN SUNGAI PUA
                    c. Menetapkan jadwal penelitian
                    d. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
                    e. Menyiapkan instrument penelitian
                    f. Menentukan kelas eksperimen dan kelas control
                    g. Membuat kisi-kisi soal
                    h. Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi – kisi yang telah dibuat
                    i. Melakukan validasi soal tes akhir
                    j. Melakukan uji coba soal tes
                    k. Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin                                  penelitian,   dan lain-lain .
            2. Tahap Pelaksanaan
                 Tabel 5 : Pelaksanaan Strategi Genius Learning pada kelas Eksperimen
Langkah
Kegiatan
(1)
(2)
(3)
(4)
Pendahuluan
a. Suasana Kondusif
Memberikan dan memerintahkan siswa untuk tetap berada dalam kelompoknya sampai kegiatan belajar berakhir
Memperhatikan penjelasan guru dalam kelompok masing-masing

b.Hubungkan
Mengajukan Pertanyaan kepada siswa mengenai pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki.
Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru 

c.Gambaran
Memberikan gambaran besar tentang materi yang akan dipelajari siswa
Memperhatikan penjelasan guru

d.Tetapkan tujuan
Menyampaikan tujuan yang akan dicapai.
a. Memperhatikan penjelasan dari guru
2. Kegiatan Inti
a.Pemasukan informasi
Menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media berupa chart yang berisi ringkasan materi.
a. Memperhatikan penjelasan dari guru
b.Menanggapi pertanyaan dari guru
c. Mencatat hal-hal yang penting yang dipelajari


b.Aktivasi
a.Memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk soal-soal latihan di LKS
b.Membimbing dan mengarahkan siswa dalam penyelesaian soal-soal latihan di LKS  
 a. Berdiskusi dengan kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
b. Menyampaikan ide dan pendapat terhadap penyelesaian masalah dalam kelompok 

c.Demonstrasi
a.Menentukan kelompok yang akan mempersentasikan hasil tugas yang diberikan
b.Mengoreksi hasil persentasi siswa dengan melempar pertanyaan pada siswa lain.
a.Menentukan anggota yang akan tampil
b.Mempersentasikan hasil diskusi
c. Siswa lainnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang akan tampil

Tinjau Ulang

a.Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari b.Memberikan tugas rumah
a. Membuat kesimpulan dari materi yang baru dipelajari
b.Mencatat tugas rumah

            Berdasarkan tabel 5 diatas , dijelaskan pelaksanaan pembelajaran pada        pertemuan pertama seperti berikut :
            1) Pendahuluan ; siswa dibagi dalam beberapa kelompok,mengatur ruang                     kelas dengan mengubah susunan meja dan kursi .Hasil susunan meja dan      kursi dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut .

Gambar : Format Pengaturan Meja/Kursi dalam Kelas
           






                   Pertemuan 1
                                                                                                    Pertemuan 4





                 Pertemuan 2





          Pertemuan 3                                           Pertemuan 5
Catatan :
G      =   Guru Matemaitka (Peneliti)        K3   = Kelompok 3 
O      =   Observer (guru bidang studi )     K4   = Kelompok 4  K7 = Kelompok 7
K1    =   Kelompok 1                               K5   = Kelompok 5
K2    =   Kelompok  2                              K6   = Kelompok 6

 
G
K1
K2
K3
K4
K5
O
K7
K6
K7
 
K5
 
K3
 
O
 
K7
 
K6
 
K5
 
K4
 
K3
 
K2
 
K1
 
G
 
K4
 
O
 
K8
 
K2
 
K1
 
G
 
                                                                                                                                        











G
K1
K2
K3
K4
K5
O
K7
K6
G
K1
K2
K3
K4
K5
O
K7
K6
 






            2) Kegiatan Inti
                a. Guru memasukkan informasi dengan menyajikan materi
                    Turunan Fungsi :
y'= f'x= dydx= limh→0fx+h- f(x)h
 
                    Jika y = f(x) merupakan fungsi dari x, maka turunan (diferensial ) dari y                  terhadap x didefenisikan dengan  ;


                        f’(x) dibaca “f aksen x”
                          f’(x) disebut turunan pertama dari f(x)
                          f’(c) = limh→0fx+h- f(x)h disebut perubahan sesaat atau laju perubahan                   f(x) pada   x = c atau turunan x = c , jika nilai limitnya ada.
            b. Guru memberikan contoh soal
                Hitunglah :
               1. f'x dari fx=x2- 3 dengan menggunakan defenisi turunan.
                   Jawab:
·         fx+h =fx+h2- 3
                 = x2+ 2xh+h2- 3
                                                     =  limh→0fx+h- f(x)h           
                                                       =  limh→0x2+2xh+h2 - 3-(x2-3)h
                                                      =  limh→0x2+2xh+h2- 3-x2-3h
                                                     =  limh→02xh+h2h  limh→0h2x+hh
                                                    =  limh→02x+h =2x+0 =2x
                 2. Dari soal di atas carilah f'-1
                       Jawab  :
                      f'1= 2-1= -2
                 3. Misalkan y = 2z – 5 tentukan dydz
                     Jawab : 
                    y'= dydz= limh→02z+h- 5- 2z-5h
                                    limh→02z+2h-5-2z+5h
                                    limh→02hh  = limh→02  = 2        
                        Kemudian guru memberikan LKS tiap kelompok untuk melihat                               pemahaman             siswa. Dan 15 menit terakhir siswa dipilih secara acak                      untuk   mempersentasikan 1 atau 2 soal di depan kelas dan                                              menjelaskannya.
               3) Penutup
                   Guru bersama siswa menyimpulkan materi hari ini, guru memberikan    tugas baca untuk materi selanjutnya.
             c. Pembelajaran matematika di kelas control berdasarkan pembelajaran biasa,              yaitu guru membuak pelajaran, apersepsi , dan menerangkan pelajaran dan                 kemudian siswa diberikana latihan terbimbing. Menit-menit terakhir siswa        diberi tugas rumah dan pelajaran hari itu disimpulkan .



             3. Tahap Akhir
                 Pada tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir untuk melihat hasil                 belajar siswa , tes diberikan pada kelas eksperimen dna kelas control ,              kemudian digabungkan utnuk menguji hipotesis.
G. INSTRUMEN PENELITIAN
            a. Lembar  Observasi Keaktifan Guru dan Siswa
                        Pada lembar observasi ini akan dilihat tentang keaktifan guru dan                            siswa selama PBM berlangsung.
                        Lembar observasi keaktifan guru dan siswa ini eterdiri dari 4 kriteria                       yaitu :
                        4 untuk kategori sangat bagus
                        3 untuk kategori bagus
                        2 untuk kategori cukup
                        1 untuk kategori kurang
            b. Hasil Belajar
                         Untuk perbandingan pembelajaran matematika yang menggunakan strategi Genius Learning dengan cara biasa terhadap  hasil belajar         matematika siswa , diberikan tes di akhir pembelajaran dengan topik                  turunan fungsi.
                        Langkah –langkah penyusunan tes :
                        a.Menyusun kisi-kisi tes
                        b. Uji coba tes hasil belajar
                        Tes uji coba dilaksanakan pada sekolah yang sama oleh peneliti serta                       guru bidang studi yang bersangkutan.  
             c.  Melaksanakan analitis item
                        Sebelum instrument itu digunakan dilakukan uji kesahihan dan                                keterandalan terhadap instrument tersebut yaitu :
                        1.  Validitas
                                    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat                                   kevalidan suatu instrumen. Instrumen akan dikatakan valid jika                           mampu mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel
                              yang diteliti secara tepat .[26]
                                      Sebuah tes dikatakan valid  apabila tes tersebut dapat         mengukur apa yang hendak diukur . Sebuah tes dikatakan             memiliki          validitas isi apabila mengukur  tujuan khusus tertentu                                yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.[27]
        Validitas isi
             Validitas isi atau content validity, atau validitas tes    mempermasalahkan apakah isi butir tes yang diajukan itu        mengandung isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak[28].
                                     Untuk menentukan nilai validitas digunakan rumus:
r=NXY-(X)(Y)NX2-(X)2NY2-(Y)2
Keterangan:
r      =  Koefisien korelasi antara varabel X dan Y
N      =  Jumlah testee
XY=  Jumlah perkalian antara skor item dan skor total
X   =  Jumlah skor item
Y   =  Jumlah skor total

Selanjutnya dihitung thitung dengan rumus sebagai berikut :

thitung = rxy n-21-rxy2
rxy = korelasi product moment
n = jumlah responden

Setelah didapatkan thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel. Distribusi untuk α=0,05  dan derajat kebebasan ( dk = n-2 ), kaidah keputusannya adalah :
Jika thitung    ttabel. berarti soal valid
Jika thitung   <   ttabel. berarti soal tidak valid[29]


Selanjutnya diperhatikan kriteria nilai validitas soal adalah sebagai berikut:
a)      Antara 0,81 sampai dengan 1,00         : sangat tinggi
b)      Antara 0,61 sampai dengan 0,80         : tinggi
c)      Antara 0,41 sampai dengan 0,60         : cukup
d)     Antara 0,21 sampai dengan 0,40         : rendah
e)      Antara 0,00 sampai dengan 0,20         : sangat rendah. [30]

2. Reliabilitas Tes
             Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dilakukan berulang- ulang kali akan memperoleh hasil yang tetap.Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:
r11=nn-11-Si2St2  
Dengan:
r11 = Koefisien reliabelitas tes
n    =  Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
oSi2= Jumlah varian skor dari tiap item
St2     = Varian total.

Klasifikasi reliabilitas adalah:
0,80r111,00   reliabilitas sangat tinggi
0,60r110,79   reliabilitas tinggi
0,40r110,59   reliabilitas sedang
0,20r110,39   reliabilitas rendah
0,00r110,19  reliabilitas sangat rendah[31]

              3.Indek Daya Pembeda (IP) Soal
   Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.
      Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya pembeda soal dapat digunakan rumus:



t=(X1-X2)X12+X22n(n-1)
Keterangan:
X1
=
rata-rata kelompok atas
X2
  =
rata-rata kelompok bawah
X12
    =
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
X22
   =
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
N
N
=
    =
27 % x N (untuk kelompok atas maupun kelompok bawah).

Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah, jika jumlah sampel banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %.
Soal memiliki daya pembeda signifikan jika nilai thitung > t tabel dengan degree of freedom (df) = (n1-1) + (n2 – 1) dan tingkat kepercayaan 0,01.
Adapun kriteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
0,4-1      =  Baik sekali
0,3-0,39=  baik
0,2-0,29=  sedang
0-0,19    =  jelek[32]

d. Tingkat kesukaran soal
Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:
Ik=Dt+Dr2mn×100%  

Keterangan:
Ik=  indeks kesukaran tes
Dt= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok tertinggi
Dr= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok rendah
m= skor setiap soal jika benar
n=27%  dari peserta tes

Adapun kriteria tingkat kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
Ik<27%=  sukar
27% Ik73%=  sedang
73%<Ik=  mudah
G.Teknik Analisa  Data
            Untuk menganalisa data yang diperoleh , penulis mengambil langkah –                        langkah sebagai berikit :
1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, digunakan uji Lilieford dengan langkah sebagai berikut:
a.    Data X1,X2.X3,……Xn yang diperoleh dari data terkecil hingga data yang terbesar.
b.    Data X1,X2.X3,……Xn  dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3….Zn dimana:
Keterangan
Xi : skor yang diperoleh siswa ke i
X : skor rata-rata
S : simpangan baku
c.    Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang
F (Zi) = P(Z<Zi)
d.   Dengan menggunakan proporsi Z1,Z2,Z3….Zn  yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka:
e.    Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya
f.     Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang disebut L0
g.    Membandingkan nilai L0  dengan nilai kritis A yang terdapat pada taraf nyata α = 0,05. Kriteria terima yaitu hipotesis tersebut  normal jika L0  lebih kecil dari A, selain dari itu ditolak .[33]
                                                  
2.  Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F. uji F dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mencari varian masing-masing data kemudian dihitung harga F dengan rumus :

Keterangan
F : varian kelompok data
S12 : varian hasil belajar kelas eksperimen
S22 : varian hasil belajar kelas kontrol
b.      Jika harga F sudah dapat, dibandingkan harga F tersebut dengan harga yang terdapat pada daftar distribusi F dengan taraf nyata 5% dan db pembilang n1-1 dan db penyebut n2-1. Jika F hitung> F tabel berarti kedua kelompok data mempunyai varian yang tidak homogen.sebaliknya apabila F hitung< F tabel maka kedua kelompok data mempunyai varian yang homogen.
3. Uji Hipotesis
Untuk memutuskan menolak atau menerima hipotesis. Prosedur untuk melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
1.      Merumuskan hipotesis dalam bentuk kalimat:
a.    H0 : Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan  model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw III sama dengan hasil belajar menggunakan pembelajaran konvensional.
b.    H1 :  Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw III lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2.      Merumuskan hipotesis dalam bentuk statistik
Bentuk statistik yang dipilih yaitu:
                                     a.     H0 : μ1 = μ2
                                     b.     H1 : μ1 > μ2
Harga statistik yang dipilih ini besarnya dihitung dari data sampel yang dianalisis.
3. Menetapkan taraf keberhasilan
Kemudian berdasarkan taraf keberhasilan α , maka ditetapkan α : 0,05
4. Merumuskan statistik uji
Statistik uji yang digunakan adalah statistik t , dengan rumus
 
Dimana:

Keterangan
X1 : nilai rata-rata kelas eksperimen
X2 : nilai rata-rata kelas kontrol
S12 : standar deviasi kelas eksperimen
S22 : standar deviasi kelas kontrol
n1 : jumlah siswa kelas eksperimen     
n2 : jumlah siswa kelas kontrol
5. Menghitung statistik t  berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.
6. Merumuskan aturan keputusan
     Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan harga t yang ada pada table dengan tingkat kepercayaan 95% berdasarkan aturan keputusan.
Aturan keputusan adalah:
a.    Jika thitung  >  ttabel  maka H0 diterima
b.    Jika thitung    ttabel  maka H0 ditolak.              
Kriteria pengujian , H0 ditolak jika thitung >ttabel dengan
dk = (n1 + n2 – 2) dan tarafnya 0,05 [34]                                            


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arifin, Zainal. 2009.  Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Arikunto,Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi         Akasara

_______________.2002.Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka cipta .


Gunawan,Adi W.2007.Genius Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka                   Utama .

Hamzah B. Uno.2007. Model Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar            yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Ilmi,Darul. Dasar-2009.Dasar Pendidikan dan Pembelajaran.STAIN          Bukittinggi: Bukittinggi .

Indonesia , Departemen Agama Republik. 2005. AL-QUR’AN dan Terjemahannya.           Bandung: Jumanatul Ali-Art J-ART.

Jhon M. Echol dan Hassan Shadily. Kamus Inggris


Lie,Anita.2004. Cooperative Learning –Mempraktekan Cooperative Learning Di   Ruang-Ruang Kelas.Jakarta :PT.Gramedia Sarana Indonesia

MKPBM,Tim.2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Padang : UPI.

Mulyadi , Nikson Marpaung. 2002.Belajar Matematika Aktif. Bandung : Sinar Baru           Agresindo

Riduan.2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda.          Bandung: Alfabeta

Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung :Tarsito

Sudjana, Nana.1989.Penilaian Hasil  Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT.Remaja        Rosdakarya

____________. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru           Algesindo

Tarbani dkk, 1992 .Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Grasindo
Suryabrata Sumadi.1984. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada

Thoha,  M. Chabib.1990. Tekhnik Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Raja Grapindo       Persada

http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/, (diakses pada hari minggu tanggal 22 Mei2011)

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/, (diakses pada hari minggu tanggal 04 Januari 2013)



[1] Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN dan Terjemahannya, (Bandung: Jumanatul Ali-Art( J-ART), 2005), juz 28, h.544
[2] [2] Nana Sudjana.1989.Penilaian Hasil  Proses Belajar Mengajar.PT.Remaja Rosdakarya :Bandung hal:3
[3] Ilmi,Darul. Dasar-2009.Dasar Pendidikan dan Pembelajaran.STAIN Bukittinggi:Bukittinggi , hal 21
[4] Tarbani dkk, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Grasindo, 1992), hal 2
[5] Nikson Marpaung dan Mulyadi, Belajar Matematika Aktif, ( Bandung : Sinar Baru Agresindo, 2002),     
  h 101
[6] Tim MKPBM.. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.(Padang : UPI. 2001), h.29
[7] Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris h. 265/352
[8] Adi W.Gunawan .2007.Genius Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama  . h. 2
[9]  Adi W.Gunawan…. h. 143
[10] Adi W.Gunawan .2004.Genius Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama  . h. 7-8
[11] Adi W.Gunawan .2004.Genius Learning Strategi .Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama  . h. 8-11
[12] Anita Lie .2004. Cooperative Learning –Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Keals.(Skripsi) .Padang “
[13] http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/, (diakses pada hari minggu tanggal 22 Mei2011)

[14] http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/, (diakses pada hari minggu tanggal 04 Januari 2013)

[15] Gagne, . . . , h 27
[16] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.213
[17] M. Chabib Thoha, Tekhnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1990), h.27
[18]Hamzah Uno , Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.213
[19] Nana Sudjana . 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung:PT.RemajaRosdakarya h. 3
[20] Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian .Jakarta:Rineka Cipta, h .272
[21] Sumadi Suryabrata.1984. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.h,88
[22] Sumadi Suryabrata.2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.h.14
[23] Sudjana,..., h.263
[24] Sumadi Suryabrata .  Metodologi Penelitian (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004).h. 84
[25] Sumadi Suryabrata,…h.85
[26] Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Akasara), h.145
[27] Arikunto , Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka cipta .h.164
[28] Chabib. Thoha, Teknik evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), h.111
   [29]Riduan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda( Bandung: Alfabeta,2004)h.98
   [30]Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan...,h.75
        [31] Suharsimi Arikunto,…h.109
[32] Zainal Arifin,…,h.278
[33] Nana Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algesindo), h.466

[34] Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung :Tarsito , h.239

Tidak ada komentar:

Posting Komentar